Jumat, 29 Juni 2012

Stop Kondomisasi !!!!!


Baru-baru ini, menteri kesehatan sedang gencar mengkampanyekan pencegahan AIDS melalui pembagian kondom secara gratis. Menteri kesehatan berdalih bahwa cara inilah yang paling efektif dalam menurunkan penderita HIV/AIDS.

Tapi sebenarnya, ini bukanlah solusi yang konkret jika hanya akan mengurangi penderita HIV/AIDS. Kalau kondom yang digunakan masih memiliki potensi kerusakan, maka penderita HIV/AIDS pun tetap akan bermunculan, selama mereka masih melakukan seks bebas.

Dalam sebuah media cetak nasional, disebutkan bahwa pada tahun 1992, di Amerika Serikat ternyata kondom yang beredar mengalami kebocoran 30 persen. Jadi, meski telah menggunakan pengaman, kalau si pelaku tetap melakukan aktivitas zinanya, ya tetap akan terinfeksi.

Untuk mencegah suatu kemaksiatan, haruslah memangkas kemaksiatan itu sampai ke akarnya. Jika kita ingin mencegah peredaran minuman keras hanya dengan menyita pengecer mirasnya, maka hanya miras yang di pengecer saja yang akan hilang. Tapi, pabriknya akan terus memproduksi dengan merekrut pengecer-pengecer yang baru.

Maka, kementrian kesehatan akan lebih efektif jika kampanyenya adalah dengan melarang "seks bebas". Karena akar dari HIV/AIDS adalah seks bebas. Selain itu, upaya yang dilakukan juga dengan membatasi media yang sifatnya pornografi, baik berupa media cetak maupun media elektronik. Untuk itu, dalam menghentikan perilaku "seks bebas" bukan semata tugas kementrian kesehatan. Melainkan semua pihak, baik dari media maupun lainnya.

Lantas, apakah yang mendorong kampanye kondomisasi ini begitu gencarnya, jika tidak dapat memecahkan permasalahan HIV/AIDS? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena campur tangan pihak asing serta pabrik kondom itu sendiri. Karena tidak disangkal lagi, pihak asing sangat menginginkan kemaksiatan tetap merajalela dengan apapun bungkusnya. Kalaupun tidak dilegalkan seks bebasnya, yang penting ada muatan yang ke arah sana.

"Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek" (Q. S. Al Isra : 32) Inilah solusi yang ditawarkan Islam. Solusi untuk menghentikan HIV/AIDS adalah melarang zina. Bukan justru memfasilitasi para penzina. Kalaupun ingin melampiaskan nafsu, alangkah baiknya dengan ikatan yang sesuai halal dan sah.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Ta'muruna bil ma'ruf wa tanhauna 'anil munkar, semua kita kembalikan pada dri kita masing2. Tidak ada yang salah dalam mengambil keputusan krn kita terkadang salah dalam mengartikan sebuah kebijakan.

Posting Komentar