Rabu, 25 Januari 2012

Saat Suara Adzan Berkumandang

Allahu akbar... Allahu akbar...
Suara adzan isya' mengudara dari sebuah musholla yang tidak jauh dari tempatkusedang menyantap sepiring nasi goreng. Tinggal beberapa suapan lagi, aku bergegas menghabiskan makan malamku itu. Panggilan dari musholla itu sangat penting.
Di tengah asyikku menyelesaikan makan malam, tiba-tiba terdengar bunyi memekakkan telinga. "Grooung... groooung... grooooung...". Segera aku menengok ke arah suara. Rupanya suara itu berasal dari bengkel yang berada 6 meter dari warung nasi goreng tempatku berada. Suara itu dikeluarkan oleh knalpot sebuah sepeda motor yang digeber gasnya. (Ya, itu bunyi knalpot motor digeber. Maaf kalau salah menuliskannya bunyi suaranya :-) ).

Hati ku panas. Ada dua alasan yang membuat aku kesal. Pertama, tentu saja suaranya yang sangat mengganggu dan memekakkan telinga. Suara itu semakin lama semakin keras. Semakin keras suara itu, mungkin semakin membuat pemiliknya senang bukan main. Tapi kebalikannya denganku.
Kedua, karena suara itu mengganggu suara adzan yang sedang berkumandang. Penggeber gas motor itu sangat tidak sopan sekali kepada Allah SWT. Seharusnya dia mengerti adab ketika adzan dikumandangkan. Dan jauh lebih baik lagi apabila dia menjawab adzan itu.
Ya, memang orang yang di bengkel itu belum tentu seorang muslim. Andai kata dia seorang muslim, sangat disayangkan. Tapi kalau dia non muslim, sangat lebih baik apabila dia faham bahwa dalam Islam - agama mayoritas penduduk di mana ia hidup - ada adab dalam mendengarkan adzan, yaitu diam dan menjawab adzan. Untuknya, diam itu sudah cukup dan jangan membuat kegaduhan.
Saya pernah dalam sebuah perjalan dari daerah Sudirman Jakarta menuju Pasar Minggu menumpang bus metro mini 604. Di tengah perjalanan, naik lah seorang pengamen. Orang itu kemudian membawakan lagu diiringi gitar. Ketika sedang mengamen, terdengar suara adzan maghrib dari sebuah masjid di pinggir jalan. Spontan saja pengamen itu berhenti mengamen.
Subhanallah. Saya appreciate sekali dengan pengamen tersebut. Sikapnya yang sederhana itu patut menjadi pelajaran bagi para penumpang di dalam bus.
Mungkin karena kebodohan saya atau memang tidak ada, saya belum pernah mendapatkan hadits yang menyuruh kita diam apabila dikumandangkan adzan. Yang ada adalah hadits tentang menjawab adzan. Tetapi diam itu sendiri adalah adab ketika mendengar adzan. Karena untuk menjawab adzan, suara adzan itu harus terdengar jelas kalimat demi kalimatnya. Kalau dalam keadaan gaduh, adzan tidak begitu terdengar.
Adab mencerminkan akhlak kita. Ada adab dalam membaca Al-Qur'an, ada adab dalam berdo'a, juga ada adab dalam mendengar adzan. Perilaku kita semestinya sesuai dengan adab-adab tersebut untuk memperlihatkan pribadi yang berakhlak mulia.
Sedihnya, suara adzan di negara mayoritas berpenduduk Islam ini tidak saja dilecehkan oleh tindak-tindakan yang tidak sesuai dengan adab. Bahkan suaranya yang mengudara merdu tiap lima kali sehari itu juga mendapat gugatan dari sekelompok orang yang menganggap suara itu mengganggu masyarakat. Gilanya lagi, gugatan itu datang dari pemuda-pemudi Islam yang mengaku menjunjung tinggi toleransi.
Allahu'alam bish-showab.

0 komentar:

Posting Komentar