Sebuah prestasi akan membuat orang menjadi bangga akan apa
yang ia capai. Karena dengan prestasi itu, ia jadi tahu dimana bakat yang ia
kuasai dan dapat pula mengevaluasi apa yang kurang dari bakatnya itu. Dengan
prestasi juga membuat kita menjadi terukur, sampai dimana kemampuan yang telah
kita miliki dibandingkan dengan orang lain.
Dalam Islam pun telah jelas bahwa seorang muslim dianjurkan
untuk berprestasi. Sebagaimana dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Nah, inilah yang menjadi dasar bahwa setiap manusia haruslah unggul dibanding
yang lain. Tak perlu di banyak hal, namun di satu hal saja cukup. Karena kita
telah dianugrahi akal dan badan yang telah sempurna. Jadi tak ada alasan untuk
tidak berprestasi.
Cukupkah sampai disini? Tentu tidak. Lihatlah potret pemuda
Islam maupun umat Islam hari ini. Minim prestasi, minim penghargaan. Berbeda
dengan yahudi. Mereka gencar untuk selalu unggul di berbagai hal. Bahkan mereka
mendominasi dalam meraih nobel penghargaan dalam berbagai bidang. Jika melihat
jumlah pengikut, maka yahudi kalah jauh dengan umat Islam. Namun untuk jumlah prestasi
yang diraih maka umat Islam kalah jauh dengan yahudi. Maka, perlulah kita untuk
berkaca.
Konsumsi hiburan yang serba mudah membuat orang menjadi
lalai. Mungkin inilah yang membuat prestasi umat Islam menjadi merosot. Budaya
konsumtif dan instan diantara unsur yang membuat umat ini tak lagi memikirkan
prestasi. Dengan berpikir dangkal dan hanya mementingkan kenyamanan diri
sendiri, membuatnya tidak peduli lingkungan apalagi umat.
Hal yang berbeda justru terjadi ketika umat Islam berada
pada beberapa dekade awal disebarkan. Seorang muhammad memberikan suatu teladan
yang unggul kepada umatnya. Bukan hanya satu bidang, melainkan di banyak
bidang.
Contohnya saja ketika melakukan perang, begitu banyak perang
yang dimenangkan di bawah kepemimpinan muhammad. Prestasi besar diawali oleh
kedisiplinan. Dan prestasi besar pun tak luput dari prestasi kecil. Jika hanya
contoh kecil, banyak sekali yang ditauladankan oleh seorang Muhammad SAW. Yaitu
ketika orang sekitar ka’bah sedang kebingungan untuk meletakkan batu hajar
aswat, seorang muhammad adalah orang pertama yang datang mengunjungi ka’bah dan
beribadah didekatnya. Seketika itu, masyarakat sekitar ka’bah sepakat dan
mempercayakan peletakan batu hajar aswat oleh Muhammad.
Itulah prestasi. Dan sesungguhnya dalam memperoleh pretasi
tidaklah sulit. Hanya butuh konsistensi. Dan inilah istiqomah tepatnya. Namun
yang perlu jadi catatan adalah tidak banyak orang yang mencanangkan dirinya
untuk berprestasi. Seorang pemenang olimpiade olah raga tingkat dunia, ia hanya
memenangkan beberapa pertandingan dan belum pernah menang melawan seluruh orang
di dunia, belum pernah mengalahkan anda. Jadi, memang untuk menjadi pemenang
sebenarnya adalah mudah.
Jadi, tunggu apalagi. Sudah saatnya Islam bangkit dari
redupnya prestasi ini. Dan tak perlu lagi sembunyi-sembunyi. Karena Islam sudah
merindukan akan datangnya generasi muslim yang unggul. Sebagaimana telah
dijanjikan Allah, bahwa kita adalah umat terbaik yang ada di bumi. Untuk itu,
mari mulai hari ini, kita tingkatkan prestasi dan berbenah diri untuk menjadi
pribadi berprestasi.
Hendro utomo, bandar lampung 30 juli 2012.
0 komentar:
Posting Komentar