Rabu, 21 Agustus 2013

A’isyah binti Abu Bakar "menjadi istri di dunia dan akhirat"



Ketika wahyu datang kepada Rasulullah shallahu'alaihi wa salam,  Jibril membawa kabar bahwa A’isyah adalah istrinya di dunia dan akhirat, sebagaimana diterangkan dalam hadist dari A’isyah,"Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi shallahu'alaihi wa salam, lalu berkata, 'ini adalah istrimu di dunia dan di akhirat'" ( HR.Tirmidzi).
A’isyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi shallahu'alaihi wa salam diutus menjadi Rasul. Semasa kecil Ia bermain dengan lincah dan ketika dinikahi oleh Rasulullah shallahu'alaihi wa salam, belum genap sepuluh tahun.
Dengan izin Allah Subhanallahu wa Ta’ala menikahlah Rasululah shallahu'alaihi wa salam dan A’isyah binti Abu Bakar dengan maskawin 500 dirham. A’isyah tinggal dikamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Di hati Rasulullah shallahu'alaihi wa salam, kedudukan A’isyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan,”cinta pertama yang terjadi di dalam Islam adalah cintanya Rasulullah shallahu'alaihi wa salam kepada A’isyah radhiyallahu ‘anha.
Diantara istri-istri Rasulullah shallahu'alaihi wa salam, Saudah binti Zam’ah sangat memahami keutamaan-keutamaan A’isyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk A’isyah. A’isyah menjaga agar jangan sampai Rasulullah shallahu'alaihi wa salam menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah shallahu'alaihi wa salam.
Menjelang wafat, Rasulullah shallahu'alaihi wa salam meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat dirumah A’isyah selama sakitnya hingga wafat. Bagi A’isyah, menetapnya Rasulullah shallahu'alaihi wa salam selama sakit dikamarnya merupaka kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah shallahu'alaihi wa salam dikuburkan dikamarnya A’isyah, tepat ditempat dia meninggal.
Dalam tidurnya, A’isyah pernah bermimpi melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata,”jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi”. Dan ketika Rasulullah shallahu'alaihi wa salam wafat, Abu Bakar,”Beliau adalah orang yang paling mulia di antara ketiga bulanmu.” Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah A’isyah. Rumah A’isyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah ke makam Nabi shallahu'alaihi wa salam.
A’isyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al-Qur’an dan Sunnah. A’isyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah shallahu'alaihi wa salam sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. A’isyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung keapda Rasulullah shallahu'alaihi wa salam jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah shallahu'alaihi wa salam. A’isyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadist-hadist Nabi shallahu'alaihi wa salam,  sehingga para ahli hadist menempatkan dia pada urutan kelima dari para pengahafal hadist setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas in Malik, dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah A’isyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ke-58 H dan dikuburkan di baqi’. Kehidupan A’isyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah shallahu'alaihi wa salam, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, A’isyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Rasulullah shallahu'alaihi wa salam pernah bersabda,”berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma” (HR.Ahmad).

1 komentar:

Posting Komentar